A.
Pengertian dan
Kegunaan Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma)
dan bahasa
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi
atau energi.
System adalah satu kesatuan
komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk
mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkn pengertian di atas,
maka ada tiga hal penting yang menjadi krakteristik suatu system. Pertama, setiap system pasti memiliki
tujuan. Tujuan merupakan ciri utama suatu system. Tidak ada system tanpa
tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan system.
Semakin jelas tujuan maka semakin mudah menentukan pergerakan system. Kedua,
system selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan.
Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin kompleks tujuan, maka semakin
rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu system selalu
melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu. Oleh
sebab itu, suatu system tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. System
memerlukan dukungan berbagai komponen yang satu sama lain saling bersangkutan.
Atas dasar pengertian di atas,
maka jelas system bukanlah hanya sebagai suatu cara, seperti yang banyak
dipahami oleh banyak banyak orang selama ini. Cara hanyalah bagian dari
rangkaian kegiatan suatu sistem. Yang pasti adalah system selalu bertujuan, dan
seluruh kegiatan dengan melibatkan dan memanfaatkan setiap komponen diarahkan
untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena suatu system merupakan proses untuk
mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka
system erat kaitanya dengan perancanaan. Perencanaan adalah pengambilan
keputusan bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan berhasil dengan
sempurna. Oleh sebab itu, proses berfikir dengan pendekatan system memiliki
daya ramal akan keberhasilan suatu proses.
Kemudian, mengapa pembelajaran
dikatakan sebagai suatu sistem? Karena pembelajaran adalah kegiatan yang
bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan
rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Itulah pentingnya setiap
guru memahami sistem pembelajaran. Melalui pemahaman sistem, minimal setiap
guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan,
proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen
dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana
mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.
Sistem bermanfaat untuk merancang
atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara
berpikir yang dapat membantu menciptakn hasil yang diharapkan (Ely,1979). Oleh
karena itu, proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran
mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Melalui system perencanaan yang matang, guru akan
terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan, dengan demikian pendekatan
system memiliki daya ramal yang kuat tentang keberhasilan suatu proses
pembelajaran, karena memang perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang
optimal.
2. Melalui proses perencanaan yang sistematis, setiap
guru dapat menggambartkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga
dapat menentukan berbagai strategi yang bias dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
3. Melalui system perencanaan, guru dapat menentukan
berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada
untuk ketercapaian tujuan.
B. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kegiatan proses system pembelajaran, di antaranya faktor guru, factor murid,
sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
1.
Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu strategi, maka setrategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada
kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang
sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tak
mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer
dan lain sebagainya. Sebab siswa adalah organism yang sedang berkembang yang
memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan
sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai
pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas
proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu
proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman
Kirby (1981) menyatakan: ‘one underlying emphasis should be
noticeable: that the quality of the teacher is the essential, constant feature
in the success of any educational system.”
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari factor guru, yaitu teacher formative experience, teacher
training experience, dan teacher
properties.
Teacher formative
experience, meliputi jenis kelamin serta
semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang social mereka. Yang
termasuk dalam aspek ini diantaranya meliputi tempat asal kelahiran guru
termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat, keadaan keluarga dari
mana guru itu berasal.
Teacher training
experience, meliputi pengalaman-pengalaman
yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya
pengalaman latihan professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan
lain sebagainya.
Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru
terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, dan lain sebagainya.
2. Factor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang
sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti halnya guru, factor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar
belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta
factor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa,
tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat ekonomi social siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain; sedangkan dilihat dari
sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang
dapat dikelompokan pada siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang
termasuk kemampuan tinggi biasanya ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam
belajar, perhatian, dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain.
Sebaliknya, siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan
kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dlam mengikuti pelajaran,
dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan itu menuntut perlakuan yang berbeda pula
baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dlam
menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga halnya dengan tingkat pengetahuan
siswa.
Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga
merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
3. Factor Sarana dan
Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalny media pembelajaran,
alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan
sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Dengan demikian,
sarana dan prasarana merupakan komponen penting yng dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.
Terdapat bebrapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana
dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat
dari 2 dimensi yaitu, sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai
proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika
mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkn sarana
pembelajaran berupa alat, dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif
dan efisien; sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkn sarana yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan
demikian, ketersediaan sarana yang lengkap memungkinkan guru memiliki berbagai
pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajarnya. Kedua,
kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa
untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Siswa yang bertipe auditif akan lebih mudah belajar melalui
pendengaran; sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui
penglihatan. Kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan
pilihan dalam belajar.
4. Factor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu factor organisasi kelas dan factor
iklim social-psikologis.
Factor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi
jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi
proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu
kelas berkecendrungan:
a. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan
jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
b. Kelompok belajar kurang mampu memanfaatkan dan
menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi.
Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga
sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
c. Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun.
Hal ini disebabkan belajar yng terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru,
dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
d. Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak,
sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar
cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
e. Anggota kelompok yang terlalu banyak kecendrungan akan
semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari
materi pelajaran baru.
f. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung
semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
kelompok.
Memperhatikan beberapa kecendrungan di atas maka
jumlah anggota kelompok besar akan kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim
belajar mengajar yang baik.
Factor lain dari lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran adalah factor iklim social psikologis. Maksudnya,
keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Iklim social ini dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Iklim social psikologis secara internal dalah hubungan
antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalya iklim social
antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru,
bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Sedangkan Iklim social eksternal
adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya
hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.
C. Komponen-Komponen
Sistem Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun
demikian, kita akan sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan
dengan perubahan system syaraf dan perubahan energy yang sulit dilihat dan
diraba. Oleh sebab itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan
suatu misteri, atau para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (
black box).
Walaupun kita tidak dapat melihat proses terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri setiap orang, tetapi sebenarnya kita bisa
menentukan apakah seseorang telah belajr atau belum, yaitu dengan membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan
berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi pelajaran,
metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Tujuan merupakan
komponen yang sangat penting dalam system pembelajaran. Mau dibawa kemana
siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen jantung pada
system tubuh manusia. Jantung adalah komponen utama dalam tubuh manusia.
Manusia masih bisa hidup tanpa memiliki tangan, dan mata, tapi tidak akan hidup
tanpa adanya jantung. Oleh karenanya, tujuan merupakan yang pertama dan utama.
Sesuai
dengan standar isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap satuan pendidikan
adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum yang demikian, tujuan yang
diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi dasar maupun dalam standar
kompetensi. Menurut
W. Gulo (2002), istilah kompetensi dipahami sebagai kemampuan. Kemampuan
menurutnya bisa kemampuan yang tampak dan kemampuan yang tidak tampak.
Kemampuan yang tampak itu disebut
performance (penampilan), performance itu tampil dalam bentuk tingkah laku
yang dapat didemonstrasikan, sehingga dapat diamati, dapat dilihat dan dapat
dirasakan. Sedangka n kemampuan yang tidak nampak disebut juga kompetensi
rasional, yang dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Kedua kompetensi itu saling terkait. Kemampuan
performance akan berkembang manakala kemampuan rasional meningkat. Seseorang
yang memiliki pengetahuan luas akan menampilkan performance yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Isi
atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam system pembelajaran. Dalam
konteks tertentu, materi pelajaran
merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya sering terjadi proses
pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa
dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi
pelajaran (subject contered teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka
penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami
secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa sebab peran dan
tugas guru adalah sebagai sumber belajar. Materi pelajaran tersebut biasanya
tergambarkan dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran
adalah menyampaikan materi yang ada di dalam buku. Namun demikian, dalam
setting pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi,
tugas atau tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan
demikian, materi pelajaran sebenarnya bisa di ambil dari berbagai sumber. Strategi
atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan.
Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan
melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan
memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu setiap guru
perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam
peelaksanaan proses pembelajaran.
Alat
dan sumber, walaupun fungsinya sebagai alat bantu, akan tetap memiliki peran
yang tidak kalah pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini
memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan
memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu, peran dan tugas guru bergeser
dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber
belajar. Melalui penggunaan berbagai sumber itu diharapkan kualitas
pembelajaran akan semakin meningkat. Evaluasi
merupakan komponen terakhir dalam system proses pembelajaran. Evaluasi bukan
saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran,
tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam
pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen system pembelajaran. Menentukan
dan menganalisis kelima komponen pokok dalam proses pembelajaran di atas, akan
dapat membantu kita dalam mempredikisi keberhasilan proses pembelajaran.
Sumber:
Sumber:
Dr. Wina Sanjaya,
M.Pd, 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana.
No comments:
Post a Comment