Tuesday, January 22, 2013

Kesulitan Belajar



A.    Pengertian Kesulitan Belajar
 Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar.
a. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri dkk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal intelegensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
b. Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Oleh karena itu harus diupayakan  beberapa strategi dan pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Adalah suatu anggapan yang keliru bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan oleh rendahnya intelegensi. Karena kenyataanya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi tinggi tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan. Sebaliknya masih banyak anak didik yang mempunyai intelegensi rata-rata normal bisa melebihi kepandaian anak didik yang memiliki intelegensi tinggi. Tetapi juga tidak dapat disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu selain faktor intelegensi, faktor non-intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan belajar.
Kesulitan belajar yang dirasakan anak didik bermacam-macam yang dapat dikelompokan menjadi empat yaitu
a.       Dilihat dari segi jenis kesulitan belajar:
-          Ada yang berat
-          Ada yang sedang
b.      Dilihat dari segi mata pelajaran yang dipelajari:
-          Ada yang sebagian mata pelajaran
c.       Dilihat dari segi sifat kesulitannya:
-          Ada yang sifatnya tetap
-          Ada yang sifatnya sementara
d.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya:
-          Ada yang karena faktor intelegensi
-          Ada yang karena faktor non-intelegensi
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar.

B.      Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya misbehavior atau maladaptif siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos. Ada yang meninjau bahwa kesulitan belajar itu dikarenakan oleh factor intern dan ekstern anak didik.
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik yaitu sebagai berikut:
a.          Faktor intern
Faktor ini meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik siswa yakni: (1) yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual(intelegensi siswa), (2) yang bersifat afektif, antara lain labilnya emosi dan sikap, (3) yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
b.         Faktor ekstern.
Faktor ini meliputi semua situasi dan dan kondisi lingkungan siswa yang tidak kondusif bagi terwujudnya aktivitas-aktivitas belajar. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah: (1) lingkungan keluarga, seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya tingkat kehidupan ekonomi keluarga, (2) lingkungan masyarakat, contohnya wilayah tempat tinggal yang kumuh, teman sepermainan (peer group) yang nakal, (3) lingkungan sekolah, seperti kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru, serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, kesulitan belajar bisa juga disebabkan oleh faktor khusus. Termasuk dalam faktor ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis. Yang termasuk kedalam learning disability adalah: (1) Disleksia (dyslexia) yakni ketidakmampuan belajar membaca, (2) Disgrafia (dysgraphia) yakni ketidakmampuan menulis, (3) Diskalkulia (dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Menurut Muhibin Syah, anak didik yang mengalami sindrom-sindrom di atas, secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal, bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom di atas mungkin hanya disebabkan oleh adanya (minimal) brain dysfunction yakni gangguan ringan pada otak.

C.    Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan solusi secara tepat atas kesulitan siswa, guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukan adanya kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa).
Dalam dunia kedokteran, diagnosis dilakukan dalam rangka menetapkan jenis penyakit yang diderita pasien. Dalam dunia guiden and counseling, diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan.
Secara garis besar, dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar siswa, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1.             Pengumpulan data
Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Tehnik interviu(wawancara), tehnik dokumentasi ataupun observasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data. Ketiga tehnik tersebut saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Dalam pengumpulan data dapat melalui kegiatan sebagai berikut:
a.       Kunjungan rumah
b.      Daftar pribadi
c.       Meneliti pekerjaan anak
d.      Meneliti tugas kelompok
e.       Melaksanakan tes.
2.             Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.       Identifikasi kasus.
b.      Membandingkan antar kasus.
c.       Membandingkan dengan hasil tes.
d.      Menarik kesimpulan.
3.             Diagnosis
Diagnosis merupakan keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.       Keputusan mengenai jenis kesulitam belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b.      Keputusan mengenai factor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
c.       Keputusan mengenai factor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
Jadi diagnosis merupakan penentuan jenis penyakit dengan meneliti(memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian tinggi. Oleh karena sebaiknya meminta bantuan tenaga ahli  dalam bidangnya sebagai berikut:
a.       Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
b.      Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
c.       Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
d.      Sosiolog, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e.       Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f.       Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
4.             Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan pada hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W+1H:
a.       Who    : Siapakah yang memberikan bantuan kepada anak?
Siapakah yang harus mendapatkan bantuan?
b.      What   : Materi apa yang diperlukan? Alat bantu apa yang harus disediakan? Pendekan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada anak?
c.       When   : Kapan pemberian bantuan itu diberikan kepada anak?
d.      Where  : Dimana pemberian itu dilaksanakan?
e.       Which  : Anak didik yang mana diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f.       How    : Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok? Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak?

5.             Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.       Melalui bimbingan belajar individual.
b.      Melalui bimibingan belajar kelompok.
c.       Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d.      Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e.       Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologi.
f.       Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g.      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik seuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
Siapakah yang mendapat prioritas memberikan treatment? Hal tergantung pada bidang garapan yang telah diprogramkan. Bila dalam program, ternyata yang harus diatasi terlebih dahulu adalah penyembuhan penyakit kanker yang diderita oleh anak, maka masalah itulah yang harus ditangani. Bantuan dokter dalam masalah ini sangat diperlukan untuk mengobatinya, agar penyakit kanker anak itu dapat disembuhkan dalam waktu yang relative segera. Karena masalah itu dianggap berat dan guru bukan ahlinya. Tetapi bila kesulitan belajar itu menyangkut mata pelajaran tertentu, fiqih, kimia, atau bahasa arab, misalnya tidak perlu meminta bantuan dokter atau sosiolog, guru untuk masing-masing mata pelajaran itupun sudah bisa memberikan bantuan kepada anak didik. Demikianlah sesuai keahlian seseorang.
Ketepatan treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan diagnosis.
6.             Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu dan dalam materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test.
Bila hasil jawaban anak sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya perlu adanya pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, program yang disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil kurang akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung dengan treatment.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan jika terjadi di kegagalan treatment berdasarkan evaluasi, dimana hasil prestasi anak didik rendah di bawah standar.
Secara teoritis langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka pengecekan kembali atas treatment adalah sbagai berikut:
a.       Re-ceking data( baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data)
b.      Re-diagnosis
c.       Re-prognosis
d.      Re-treatment
e.       Re-evaluasi
Bila treatment gagal harus di ulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan treatment yang berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar.

No comments:

Post a Comment