A. Pengertian
Kesulitan Belajar
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar.
a. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh
Warkitri dkk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah
terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu
yang mengalami kesulitan belajar adalah
individu yang normal intelegensinya, tetapi menunjukkan
satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses
belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
b. Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan
pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan
belajar anak didik yang satu dapat diatasi tetapi pada waktu yang lain muncul
lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Oleh karena itu harus
diupayakan beberapa strategi dan
pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Adalah
suatu anggapan yang keliru bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan oleh
rendahnya intelegensi. Karena kenyataanya cukup banyak anak didik yang memiliki
intelegensi tinggi tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan.
Sebaliknya masih banyak anak didik yang mempunyai intelegensi rata-rata normal
bisa melebihi kepandaian anak didik yang memiliki intelegensi tinggi. Tetapi
juga tidak dapat disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang yang
besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena
itu selain faktor intelegensi, faktor non-intelegensi juga diakui dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar.
Kesulitan belajar yang dirasakan anak didik
bermacam-macam yang dapat dikelompokan menjadi empat yaitu
a.
Dilihat dari
segi jenis kesulitan belajar:
-
Ada yang berat
-
Ada yang sedang
b.
Dilihat dari
segi mata pelajaran yang dipelajari:
-
Ada yang
sebagian mata pelajaran
c.
Dilihat dari
segi sifat kesulitannya:
-
Ada yang
sifatnya tetap
-
Ada yang
sifatnya sementara
d.
Dilihat dari
segi faktor penyebabnya:
-
Ada yang karena
faktor intelegensi
-
Ada yang karena
faktor non-intelegensi
Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar.
B. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya
tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Selain
itu, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya misbehavior atau
maladaptif siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengganggu
teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos. Ada yang
meninjau bahwa kesulitan belajar itu dikarenakan oleh factor intern dan ekstern
anak didik.
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor anak didik
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik yaitu sebagai
berikut:
a.
Faktor intern
Faktor ini
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik siswa yakni: (1) yang
bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual(intelegensi siswa),
(2) yang bersifat afektif, antara lain labilnya emosi dan sikap, (3) yang
bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-alat indera
penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
b.
Faktor ekstern.
Faktor ini meliputi semua
situasi dan dan kondisi lingkungan siswa yang tidak kondusif bagi terwujudnya
aktivitas-aktivitas belajar. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah: (1)
lingkungan keluarga, seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu,
dan rendahnya tingkat kehidupan ekonomi keluarga, (2) lingkungan masyarakat,
contohnya wilayah tempat tinggal yang kumuh, teman sepermainan (peer group)
yang nakal, (3) lingkungan sekolah, seperti kondisi dan letak gedung yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru, serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas,
kesulitan belajar bisa juga disebabkan oleh faktor khusus. Termasuk dalam
faktor ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan
belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai
indikator adanya keabnormalan psikis. Yang termasuk kedalam learning disability
adalah: (1) Disleksia (dyslexia) yakni ketidakmampuan belajar membaca, (2)
Disgrafia (dysgraphia) yakni ketidakmampuan menulis, (3) Diskalkulia
(dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Menurut Muhibin Syah, anak didik yang mengalami
sindrom-sindrom di atas, secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal, bahkan
diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kesulitan belajar
siswa yang menderita sindrom-sindrom di atas mungkin hanya disebabkan oleh
adanya (minimal) brain dysfunction
yakni gangguan ringan pada otak.
C. Diagnosis
Kesulitan Belajar
Diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan solusi
secara tepat atas kesulitan siswa, guru harus terlebih dahulu melakukan
identifikasi (upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap
fenomena-fenomena yang menunjukan adanya kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melanda siswa).
Dalam dunia kedokteran, diagnosis dilakukan dalam
rangka menetapkan jenis penyakit yang diderita pasien. Dalam dunia guiden and
counseling, diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah
yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan.
Secara garis besar, dalam melakukan diagnostik
kesulitan belajar siswa, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data
Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan
langsung terhadap objek yang bermasalah. Tehnik interviu(wawancara), tehnik
dokumentasi ataupun observasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data. Ketiga
tehnik tersebut saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Dalam
pengumpulan data dapat melalui kegiatan sebagai berikut:
a.
Kunjungan rumah
b.
Daftar pribadi
c.
Meneliti
pekerjaan anak
d.
Meneliti tugas
kelompok
e.
Melaksanakan
tes.
2.
Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika
tidak diolah secara cermat. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka
pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.
Identifikasi
kasus.
b.
Membandingkan
antar kasus.
c.
Membandingkan
dengan hasil tes.
d.
Menarik
kesimpulan.
3.
Diagnosis
Diagnosis merupakan keputusan (penentuan) mengenai
hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.
Keputusan
mengenai jenis kesulitam belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat
kesulitan yang dirasakan anak didik.
b.
Keputusan
mengenai factor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak
didik.
c.
Keputusan
mengenai factor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
Jadi diagnosis merupakan penentuan jenis penyakit
dengan meneliti(memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap
hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak
keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian tinggi. Oleh karena
sebaiknya meminta bantuan tenaga ahli
dalam bidangnya sebagai berikut:
a.
Dokter, untuk
mengetahui kesehatan anak.
b.
Psikolog, untuk mengetahui
tingkat IQ anak.
c.
Psikiater, untuk
mengetahui kejiwaan anak.
d.
Sosiolog, untuk
mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e.
Guru kelas,
untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f.
Orang tua anak,
untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
4.
Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan pada hasil
diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis
dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan
yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan
belajar.
Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik
yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan rumus 5W+1H:
a.
Who : Siapakah yang memberikan bantuan kepada
anak?
Siapakah
yang harus mendapatkan bantuan?
b.
What : Materi apa yang diperlukan? Alat bantu apa
yang harus disediakan? Pendekan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan
bantuan kepada anak?
c.
When : Kapan pemberian bantuan itu diberikan
kepada anak?
d.
Where : Dimana pemberian itu dilaksanakan?
e.
Which : Anak didik yang mana diprioritaskan
mendapatkan bantuan lebih dahulu?
f.
How : Bagaimana pemberian bantuan itu
dilaksanakan? Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok?
Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin diberikan kepada anak?
5.
Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini
dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk
treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.
Melalui
bimbingan belajar individual.
b.
Melalui
bimibingan belajar kelompok.
c.
Melalui remedial
teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d.
Melalui
bimbingan orang tua di rumah.
e.
Pemberian
bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologi.
f.
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g.
Pemberian
bimbingan mengenai cara belajar yang baik seuai dengan karakteristik setiap
mata pelajaran.
Siapakah yang
mendapat prioritas memberikan treatment? Hal tergantung pada bidang garapan
yang telah diprogramkan. Bila dalam program, ternyata yang harus diatasi
terlebih dahulu adalah penyembuhan penyakit kanker yang diderita oleh anak,
maka masalah itulah yang harus ditangani. Bantuan dokter dalam masalah ini
sangat diperlukan untuk mengobatinya, agar penyakit kanker anak itu dapat
disembuhkan dalam waktu yang relative segera. Karena masalah itu dianggap berat
dan guru bukan ahlinya. Tetapi bila kesulitan belajar itu menyangkut mata
pelajaran tertentu, fiqih, kimia, atau bahasa arab, misalnya tidak perlu
meminta bantuan dokter atau sosiolog, guru untuk masing-masing mata pelajaran
itupun sudah bisa memberikan bantuan kepada anak didik. Demikianlah sesuai keahlian
seseorang.
Ketepatan
treatment yang diberikan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar
sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data, pengolahan data,
dan diagnosis.
6.
Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan,
yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau
gagal sama sekali. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah
diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban
anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu dan dalam
materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau
achievement test.
Bila hasil jawaban anak sebagian besar banyak yang
salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya perlu adanya
pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan
itu. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, program yang disusun
tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil kurang akurat karena
kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung dengan treatment.
Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu
ditegaskan bahwa pengecekan kembali hanya dilakukan jika terjadi di kegagalan
treatment berdasarkan evaluasi, dimana hasil prestasi anak didik rendah di
bawah standar.
Secara teoritis langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam rangka pengecekan kembali atas treatment adalah sbagai berikut:
a.
Re-ceking data(
baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data)
b.
Re-diagnosis
c.
Re-prognosis
d.
Re-treatment
e.
Re-evaluasi
Bila treatment
gagal harus di ulang. Kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan
treatment yang berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat
mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar.
No comments:
Post a Comment